Resensi Please Look After Mom
Detail Buku :
Judul Buku : Please Look After Mom
Penulis : Kyung Sook Shin
Penerjemah : Tanti Lesmana
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : IV , April 2015
Halaman : 296 halaman
ISBN : 978 - 602 - 03 - 1540 - 9
Penulis : Kyung Sook Shin
Penerjemah : Tanti Lesmana
Tahun Terbit : 2015
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Kota Terbit : Jakarta
Cetakan : IV , April 2015
Halaman : 296 halaman
ISBN : 978 - 602 - 03 - 1540 - 9
Buku ini menceritakan tentang hilangnya seorang ibu dalam suatu keluarga yang membuat mereka flashback akan kenangan di masa lalu bersama ibu nya sebelum ia menghilang. Mereka berusaha mencari cara untuk menemukan ibu lewat selembaran kertas yang dibagikan ke orang orang dengan imbalan lima juta won dengan harapan ibu bisa ditemukan secepatnya.
Semenjak kehilangan ibu dan tak mengetahui dimana keberadaannya , barulah semua anggota keluarga menyadari betapa pentingnya sosok ibu. Perasaan bersalah dan khawatir datang dalam pikiran mereka. Kenangan bersama ibu terlintas dalam benak mereka. Begitu juga dengan rasa penyesalan yang singgah karna mungkin mereka tidak sadar pernah melakukan perbuatan buruk kepada ibunya.
Semenjak kehilangan ibu dan tak mengetahui dimana keberadaannya , barulah semua anggota keluarga menyadari betapa pentingnya sosok ibu. Perasaan bersalah dan khawatir datang dalam pikiran mereka. Kenangan bersama ibu terlintas dalam benak mereka. Begitu juga dengan rasa penyesalan yang singgah karna mungkin mereka tidak sadar pernah melakukan perbuatan buruk kepada ibunya.
Semenjak kejadian ibu hilang jugalah hati dan pikiran mereka tersadar bahwa selama ini mereka tidak benar benar mengenal sosok ibu. Menurut mereka ibu telah mengabdikan hidup nya hanya untuk mengurus keluarga tercinta nya, ia rela mengubur impiannya demi mengurus anak dan suami tercinta dan ibu tidak bisa berbuat apa apa tentang beban sangat berat yang mesti ditanggungnya, selain memikulnya dengan tabah, mengatasinya, dan menjalani hidupnya sekuat kemampuan, menyerahkan jiwa-raga sepenuhnya.
Dari situ lah mereka sangat amat berharap bertemu dengan ibu, berkumpul , bercanda tawa, dan ingin sekali rasanya menghibur ibu lalu mengatakan terimakasih karna telah mengabdikan hidupnya untuk mereka.
"Bukan masalah senang atau tidak senang. Aku memasak karena sudah seharusnya. Aku mesti ke dapur supaya kalian semua bisa makan dan pergi ke sekolah. Mana bisa kita hanya melakukan hal yang kita sukai? Ada hal hal yang mesti dilakukan entah suka atau tidak." Ekspresi wajah ibu seperti bertanya " Pertanyaan macam apa itu? " Kemudian dia bergumam "Kalau kau hanya melakukan hal yang kau sukai, lalu siapa yang mengerjakan apa apa yang tidak kau sukai?" ( Halaman 74)
Chin-Hon merasa kepergian ibunya itu dikarenakan kesalahannya, maka dari itu ia sangat bekerja keras untuk menemukan sang ibu walaupun harus mendatangi tempat dimana nomor asing pernah menelponnya dan berkata bahwa mereka pernah melihat sosok yang mirip seperti ciri ciri yang telah disebutkan dalam lembaran yang mereka bagikan.
Dalam novel ini ada beberapa bagian yang secara tidak langsung menampar saya sebagai pembaca saat membaca kisah dari sudut pandang Chi-Hon anak perempuan pertama. Ia pikir, dulu saat ibu sering meminta tolong membacakan surat dari Hyong-Chol anak tertua di dalam keluarga nya, ia berasumsi bahwa ia mengenali sosok ibu nya .
" Hanya ada dua kemungkinan seorang ibu menjadi sangat dekat dengan anak perempuannya atau mereka menjadi asing satu sama lain " asumsinya yang mengatakan bahwa ia mengenali sosok ibunya ternyata salah bahkan ia baru tahu bahwa ibu nya buta huruf setelah ia kehilangan sosok ibu .
" Hanya ada dua kemungkinan seorang ibu menjadi sangat dekat dengan anak perempuannya atau mereka menjadi asing satu sama lain " asumsinya yang mengatakan bahwa ia mengenali sosok ibunya ternyata salah bahkan ia baru tahu bahwa ibu nya buta huruf setelah ia kehilangan sosok ibu .
Dari bagian sini kita belajar bahwa apa yang dilihat dari luar berbeda dengan apa yang ada didalam.
Sudut pandang selanjutnya diceritakan oleh anak tertua yaitu Hyong-Chol, ia berkata bahwa ibu sering meminta maaf padanya semenjak Chin-Hon harus tinggal bersamanya karena melanjutkan SMP di kota.
"Disini, di kota, kau mesti menjadi orang tua bagi adikmu ." (Halaman 133)
"Kakak lelaki sulung mesti berwibawa. Mesti menjadi panutan. Kalau kakak sulung mengambil jalan yang salah, adik-adiknya akan ikutan" ( halaman 134)
Saat mereka masih kecil, ada sosok perempuan yang datang ke kehidupan mereka dan memberi makanan bagi Hyong-Chol dan adik adiknya. Disaat itu hanya Hyong-Chol lah yang mengerti apa yang terjadi pada orangtuanya, ia lalu membuang makanan itu dan ketika ibu mengetahui nya ibu berkata bahwa ia harus memakan makanan itu meskipun bukan ibu yang memasaknya . Bahkan saat Hyong-Chol sudah sukses dan memiliki keluarga ia belum bisa membalas jasa jasa yang telah diberikan ibu kepadanya. Walaupun menurut Hyong-Chol ibu sudah mengabdikan diri untuk hidup mengurus anak anaknya tetap saja ibu masih berpikiran bahwa
"Dia menyadari, bahwa seumur hidupnya, ibu yakin sekali dirinyalah yang telah menjadi penghalang bagi anak lelakinya untuk mencapai mimpinya." ( Halaman 142)
Sudut pandang selanjutnya diceritakan oleh anak tertua yaitu Hyong-Chol, ia berkata bahwa ibu sering meminta maaf padanya semenjak Chin-Hon harus tinggal bersamanya karena melanjutkan SMP di kota.
"Disini, di kota, kau mesti menjadi orang tua bagi adikmu ." (Halaman 133)
"Kakak lelaki sulung mesti berwibawa. Mesti menjadi panutan. Kalau kakak sulung mengambil jalan yang salah, adik-adiknya akan ikutan" ( halaman 134)
Saat mereka masih kecil, ada sosok perempuan yang datang ke kehidupan mereka dan memberi makanan bagi Hyong-Chol dan adik adiknya. Disaat itu hanya Hyong-Chol lah yang mengerti apa yang terjadi pada orangtuanya, ia lalu membuang makanan itu dan ketika ibu mengetahui nya ibu berkata bahwa ia harus memakan makanan itu meskipun bukan ibu yang memasaknya . Bahkan saat Hyong-Chol sudah sukses dan memiliki keluarga ia belum bisa membalas jasa jasa yang telah diberikan ibu kepadanya. Walaupun menurut Hyong-Chol ibu sudah mengabdikan diri untuk hidup mengurus anak anaknya tetap saja ibu masih berpikiran bahwa
"Dia menyadari, bahwa seumur hidupnya, ibu yakin sekali dirinyalah yang telah menjadi penghalang bagi anak lelakinya untuk mencapai mimpinya." ( Halaman 142)
Sudut pandang terakhir diceritakan oleh Tuan Park , suami So-nyo. Ia mengatakan bahwa istrinya adalah istri yang baik yang selalu merawat nya ketika ia sakit namun ia menyesali bahwa ia tidak bisa merawat dan menjaga istrinya seperti yang dilakukannya.
Novel ini cukup menarik , karna pada zaman sekarang ini cukup jarang ada penulis yang mengangkat tema tentang berharga nya seorang ibu, karna pada zaman ini lebih sering ditemukan novel tentang cinta dan yang lainnya. Untuk memahami novel ini harus dibutuhkan konsentrasi yang cukup karena bahasa yang digunakan agak rumit, dikarenakan merupakan terjemahan dari novel Korea Selatan. Dari novel ini banyak pelajaran hidup yang bisa kita petik dan diresapi sekaligus jadi cerminan untuk hidup kita untuk selalu menghargai jasa seorang ibu. Karna bagaimanapun ibu kita tak ada seorang pun yang bisa menggantikan posisinya.
Novel ini ditulis oleh Kyung-sook Shin yang merupakan novelis Korea Selatan dan karyanya paling banyak dibaca. Dia telah mendapat penghargaan Manhae Literature Prize, Dong-in Literature Prize, dan Yi Sang Literary Prize serta Prix de l'Inapercu dari Prancis. Please Look After Mom" adalah buku pertamanya yang diterjemahkan dalam bahasa Inggris dan akan diterbitkan di sembilan belas negara.
Daftar Pustaka :
http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=8208&keywords=Please+look+after+mom
http://library.fip.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=8208&keywords=Please+look+after+mom